Dahulu kala di dasar lautan yang indah berdirilah istana duyung yang megah. Di istana itu terdapat Raja dan keenam putrinya. Konon, di setiap menginjak usia 15 tahun setiap putri duyung mendapat hadiah dari Raja berupa kalung cantik dan kebebasan untuk berenang sampai ujung laut manapun dengan syarat tidak diketahui oleh manusia. Nina adalah putri duyung bungsu dan dia sangat senang akan salah satu hadiah dari kakaknya tahun lalu yaitu Patung Pangeran yang tampan dan dia sangat terpesona akan ketampanan patung pangeran itu.
Suatu hari tibalah hari ulang tahun si putri duyung. Nina sangat senang dengan hadiah kalungnya terutama kebebasannya untuk berenang di laut lepas. Di hari itu langit begitu gelap dan ombak meraung-raung tetapi dia tetap berenang dengan gembiranya. Tiba-tiba dia melihat kapal besar terombang-ambing badai. Dia juga melihat sosok patung pangerannya ingin mengembangkan layar kapal. Dia sangat terkejut karena sosok patung itu memang benar-benar tampan. Dia tidak bisa berbuat apa-apa sehingga dia hanya berdoa untuk keselamatan sang pangeran. Namun kapal itu pecah tiba-tiba, tak kuat menahan serangan ombak. Dia melihat pangeran itu tenggelam. Dia segera menghampiri sang pangeran dengan posisi terbalik dan cuma sekali pangeran itu membuka kelopak matanya.
Akhirnya Nina berhasil membawa sang pangeran untuk menepi di pinggir laut dekat pondok manusia. Berkali-kali dia mencoba membangunkan sang pangeran namun sang pangeran tidak bangun jua. Nina merasa ada manusia yang mendengar suara dan gerakannya sehingga dia memilih kembali ke lautan. Ternyata tindakannya benar dan dia pun semakin menenggelamkan dirinya ke tengah lautan. Tetapi dia tidak tahu kalau setelah kepergiannya, pangeran telah siuman dan mengira wanita yang menghampirinya itulah penolongnya bukan Nina si putri duyung.
Saat berada di kamarnya, kembali lagi Nina melihat patung sang pangeran. Dia tidak sadar kalau kakak-kakaknya telah melihat tingkahnya. Keesokan harinya, Nina diberi kejutan oleh kakak-kakaknya dengan diberitahukan istana pangeran itu yang berada di bibir lautan. “Istana itu sangat indah dan pangeran itu memang sangatlah baik hati.”, itulah kata kakak-kakaknya dan itu memang benar adanya. Kakak-kakaknya telah kembali untuk membiarkan Nina menikmati suasana. Nina sangatlah senang karena dia dapat menatap sang pangeran berada di sudut istana bersama dua burung merpati. Nina semakin terpukau melihat ketampanan sang pangeran. Tetapi, kembali lagi Nina merasa sedih karena dia adalah seorang putri duyung yang tidak memunyai kaki manusia dan hanya memiliki ekor ikan. Dia pun memilih kembali ke istana dengan membawa rasa kecewa yang memenuhi perasaannya.
Semakin ke dalam, lautan semakin gelap. Nina melewatinya dengan hati-hati. Tak disangka-sangka terdengar suara tertawa seram dari sebuah gua di laut. Dan betapa kagetnya Nina setelah mendengar suara “masuklah putri duyung!” dari sumber yang sama. Suara itu semakin mengerikan tetapi Nina semakin penasaran akan sumber suara itu. Ternyata itu adalah suara nenek sihir lautan. Dia sangat sakti sehingga tahu suasana hati Nina. Nenek sihir itu juga menawarkan ramuan kepadanya agar dia bisa memiliki kaki manusia. Nina sangatlah bahagia dan sebagai imbalannya, dia memberikan kalungnya yang begitu indah kepada si nenek sihir. Sebelum Nina pergi, si nenek sihir memberitahunya kalau sang pangeran akan menikahi wanita lain yang dia kira sebagai penolongnya dan putri duyung takkan dipandangnya. Nina tahu akan hal itu tapi niatnya sudah bulat untuk menjadi seorang manusia sehingga dia tidak menghiraukan hal itu.
Dengan susah payah Nina kembali ke pinggir istana itu. Dia mencari tempat yang nyaman untuk perubahan ekornya. Dia mengucapkan selamat tinggal pada lautan dan meminum habis ramuannya. Dia merasakan kesakitan yang luar biasa dan berteriak sangat keras “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhh!!!”. Setelah itu dia pingsan dan terdampar di pinggir istana.
♥♥♥
Tersadar dari pingsannya, Nina sudah memakai baju manusia dan tentunya memiliki kaki manusia. Tiba-tiba pintu terbuka, dengan wajah sendu pangeran bertanya,”Apa yang terjadi padamu putri? Kenapa kau bisa terdampar seperti ini?”. Nina tak kuasa menjawabnya dan dia memilih diam.
Sang pangeran belum tahu identitas Nina dengan kediamannya selama ini. Namun sang pangeran memang sangatlah baik hati. Dia mengikutsertakan Nina dalam pelayaran mendatang. Dia memberi tahu Nina kalau dia ingin menemui ayahnya sembari meminta restu untuk pernikahannya dengan wanita yang dianggap sebagai penolongnya. Betapa pangeran tidak tahu kalau semua itu menghancurkan hati Nina. Di malam hari, Nina pergi ke bibir lautan. Di atas batu raksasa dia menangis tersedu-sedu dan kembali dia tidak merasa kalau kakak-kakaknya telah melihatnya dan tentunya akan berbuat sesuatu untuk adiknya itu.
♥♥♥
Pelayaran pun terlaksanakan. Nina tetaplah diam seribu bahasa dan sang pangeran tetap sabar menghadapinya. Di suatu malam Nina mencoba untuk menari-nari. Dia juga membayangkan sedang berdansa dengan sang pangeran. Tapi, setelah dia sadar dia tetaplah berdansa seorang diri. Dia semakain sedih bahwa pangeran benar-benar ingin menikah dengan wanita lain. Nina tak kuasa menahan air mata. Dia pun bersimpuh sambil menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba terdengar suara memanggilnya,”Nina, Nina, Nina, Nina, Nina!”. Suara itu memanggil namanya sebanyak lima kali dan benar adanya bahwa lima panggilan itu dari kelima kakaknya. Betapa Nina sangat terkejut karena ketika dia melihat kelima kakaknya, rambut kelima kakaknya tidak sepanjang rambutnya bahkan sangatlah pendek. Nina bertanya tentang apa yang telah terjadi pada kelima kakaknya tetapi mereka tidak menghiraukan pertanyaannya. Salah satu kakaknya menunjukkan sebilah pisau dan menyuruh Nina untuk membunuh sang pangeran dengan pisau itu karena menganggap sang pangeran telah menipu Nina, dan dengan membunuh sang pangeran Nina akan mendapatkan ekor duyungnya kembali.
Di atas kapal yang berlayar di tengah lautan, suasana begitu sunyi. Nina mengendap-endap masuk ke kamar sang pangeran. Dia melihat wajah sang pangeran yang begitu tampan dengan tubuhnya yang sedang istirahat dan matanya yang terlelap. Nina siap menghunuskan sebilah pisau itu terhadap tubuh sang pangeran. Dia sangat sedih mengingat-ingat keinginan pangeran untuk menikah dengan wanita lain. Perasaannya begitu campur aduk tidak karuan. Dua burung merpati mengibas-ibaskan sayap saat melihat Nina. Nina semakin tidak kuat kalau harus membunuh sang pangeran. Dia memilih pergi dan membiarkan pisau menghunus lantai kayu. Nina berlari dan sang pangeran terbangun dari tidur lelapnya. Sang pangeran mengejar Nina yang ternyata menceburkan diri ke tengah lautan. Mereka berdua saling menenggelamkan diri di laut. Sang pangeran menghampiri Nina dan ingin menolongnya. Nina pun berkata,“Akulah yang menolongmu.”. Sang pangeran pun ingat kalau wajah yang dilihatnya saat dia tenggelam di laut itu adalah wajah Nina.
Mereka telah kembali di atas kapal. Nina tidak sadarkan diri. Sang pangeran bersedih karena dia salah orang. Bahwa yang menolongnya waktu itu adalah Nina bukan wanita yang berada di pondok. Sang pangeran menangis dan memeluk tubuh Nina. Tidak lama kemudian Nina pun sadar. Mereka saling berkenalan. Ternyata nama pangeran itu adalah Mith. Hari yang sangat indah bagi mereka. Sang pangeran pun mengajak Nina untuk menikah. Nina pun merasa sangat senang dan langsung menerima ajakan sang pangeran. Mereka berciuman…..dan sejak saat itu mereka hidup berbahagia selamanya…^^



Posting Komentar